Sunday, February 04, 2007

Ternyata Bermimpi Pun Melelahkan

Terduduk di sudut ruang hijau, bersandar ranjang, berselimut sejuknya hembusan freon bersama alunan Bach. Berpikir dalam, ditemani secangkir teh hijau dan sekotak coklat. Hmmm... Sulit untuk berpikir, adakah hidup yang lebih nikmat dari saat ini?

Inginnya sang kelopak mata terkatup, tapi jiwa dan pikiran ini masih liar berlari, sulit terasa mengekang mereka, dan akhirnya... Menyerahlah aku atas mereka...

Kulepas jiwa dan pikiran ini. Biarkan mereka bersorak setelah terpingit beberapa purnama...
Huh! Riangnya mereka! Entah mengapa ceria tergambar jelas atas mereka???.... Kikirkah aku akan kebebasan mereka???

Ah.. Tapi bukankah mereka berhak?

Kureguk teh yang beranjak dingin, biar basah mengaliri dahaga. Lalu kembali ku berpikir dalam...

Entah bagaimana terhenti, tapi tiba-tiba... STOP!

DIA! Mata itu! ......Aaarrghh...

Tolong... Tolong lanjutkan perjalanan kita! Cari tempat pemberhentian yang lain! Kita dapat berhenti semau hati, tapi jangan disini.... Jangan dia!

Terlambat! Mata itu telah membekukan langkah ini...
Dan akhirnya terbiuslah aku... Dan jatuh tertidur kemudian!
Tidur dengan mimpi usang... Bersua rindu dan berkasih mesra dalam peluk sang pemilik mata...

Lamat terbenam oleh mata itu...

Terlupakah aku???

TIDAK!!!

BANGUN!!!

Jangan lagi terlelap dalam dekap asa mata itu!

Banyak mimpi yang menjelma nyata, tapi tidak mata itu... Dia hanya ilusi yang menguras gundahku.

BANGUN!!!
BANGUN!!!
Hei.... BANGUUUUUUN!!!

DAR!

Ah... Terima kasih, Tuhan. Kau biarkan aku melanjutkan pengembaraanku...
Terdiam sesaat, tersadar kemudian... “Ah, hanya mimpi...”
Kugigit coklat yang mulai mengeras disusul teh yang telah mendingin. Kurajut kekuatan, lalu mengembara kembali sambil tersungging.

Hmmhhh... Ternyata bermimpi pun melelahkan...

Tuhan, jika boleh ku memohon: “Bangunkan aku, bahkan tolong biarkan aku segera disisimu, jika aku terlelap kembali karena kedua mata itu...”


Februari, 2007


“Just an ordinary mind from an ordinary person with an ordinary life”

No comments: