Friday, June 17, 2005

Kontes Sejagad

Akhirnya saya harus rela menonton kembali benda kotak yang bernama televisi. Padahal, saya ingin sekali lepas dari ketergantungan benda itu. Hingga beberapa hari saya menghindar untuk menyaksikan paduan gambar dan warna yang ada di benda kotak itu.

Namun, akhirnya saya harus menyerah. Ternyata kotak itu memang memiliki magnet yang luar biasa. Dan kembali lah otak saya diisi oleh gambar-gambar yang mondar-mandir di kotak itu.


Seperti yang saya duga, acara televisi hanya diisi dengan tayangan ‘nggak penting’, dari infotainment hingga sinetron kacangan. Pun klo ada berita, isinya hanya bom, konflik, kriminalitas, korupsi, dan sejenisnya. Benar-benar gambaran kebobrokan bangsa ini bahkan dunia.


Herannya, di tengah kebobrokan bangsa yang rasanya dikutuk Tuhan ini, sempet-sempetnya Indonesia sibuk dengan pengiriman Miss Universe ke Thailand. Tim Miss Indonesia dan kelompok yang pro dengan pengiriman Artika ke Miss Universe berdalih bahwa ikutnya Indonesia ke ajang ratu sejagad itu akan memperbaiki citra bangsa ini, yang tentunya akan berimplikasi pada devisa bangsa, sehingga otomatis akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kelompok yang pro, dengan bijaknya menanggapi kelompok yang kontra dengan berujar “Yaaa… Kita kan hidup di negara demokrasi, jadi perbedaan pendapat itu wajar toh? Lagian berpakaian renang itu hanya sebagian kecil saja. Masih banyak hal-hal lain yang lebih dari itu”.


Huh! Lagi-lagi atas nama demokrasi! Lagi-lagi atas nama devisa! Lagi-lagi pembenaran! Tidak hanya bertumpuk utang, tapi bangsa ini sudah terlalu sakit. Oportunis, kapitalis, materialis, dan segala –is –is negatif sudah melekat bak power glue di bangsa ini.


Mari bersama kita pikirkan… Benarkah pengiriman Miss Universe berimplikasi pada kesejahteraan rakyat???


Rasanya, walaupun sudah puluhan kali bangsa ini mengadakan kontes Putri Indonesia, bahkan ada beberapa dari Putri Indonesia yang dikirim ke Miss Universe, nasib bangsa ini tetap tidak berubah. Tetap banyak hutang! Tetap banyak korupsi! Tetap bodoh! Iya kan???


Saya kontra dengan Miss Universe tidak hanya karena pemilihan kontes sejagad itu tidak sesuai dengan konsep jalan hidup yang saya anut, yaitu dengan mempertontonkan aurat, atau bahasa lainnya: eksploitasi perempuan. Pun jika kontes sejagad itu tidak mempertontonkan aurat –yang rasanya sangat amat tidak mungkin!-, bagi saya, kontes sejagad itu tidak memberikan keuntungan apapun, bagi pribadi saya dan juga bangsa ini.


Saya, yang termasuk kaum proletar tidak pernah merasakan keuntungan dari adanya kontes Putri Indonesia atau Miss Universe itu. Bayaran kuliah tetap mahal, bahkan tambah mahal! Bahan bakar tambah mahal! Sandang pangan tambah mahal! Padahal penghasilan orang tua saya tetap segitu-gitu aja, malah semakin berkurang klo di bandingkan dengan kebutuhan kami. Jadi, mana buktinya????


Dan rasanya bukan saya saja kan yang mengalami hal seperti ini? Bukan saya saja kan yang tidak merasakan keuntungan dari kontes-kontesan itu? Mungkinkah ada kebohongan publik disini? Klo iya, bisa dong kita –kelompok yang tidak merasakan benefit dari kontes-kontesan itu- menuntut orang-orang yang pro dengan kontes-kontesan gak jelas itu?


Selain tidak merasakan keuntungan dari kontes yang mengukuhkan pemenangnya sebagai perempuan tercantik sejagad itu, ada hal yang menyedihkan yaitu pemarjinalan kelompok yang kontra, dan itu termasuk saya! Ibaratnya “Sudah jatuh tertimpa tangga” pula. Dan yang lebih menyedihkan lagi, kemana kelompok yang harusnya concern dengan moral bangsa ini? Sudah tidak pedulikah? Ataukah karena sudah bergabung dengan system (maaf!) sialan ini mereka menjadi meredup? Bukankah salah satu tujuan masuk ke dalam system (lagi-lagi maaf!) sialan ini untuk memperbaiki moral bangsa? Moral… Moral… Ya… Moral! Karena selain moral, apalagi yang dimiliki bangsa ini?????


03.27

Pejaten, 8 Juni 2005


“Just an ordinary mind from an ordinary person with an ordinary life”