Akhir-akhir ini, lirik lagu itu begitu akrab di telinga saya, dari CD player, komputer, hingga kendaraan, “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada” menjadi salah satu lagu wajib bersanding dengan Bach, Mozart, Weezer, Muse dan Peterpan (Hehehe… Kampring yak? Abis liriknya daleeeem sih!).
Pertama kali saya mendengar lagu itu, saya langsung jatuh cinta, semacam “Love at the first sight” geto deh. Apalagi buat saya, lagu ini begitu memiliki makna yang amat filosofis. Ya… Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau tunduk kepadanya?
Seperti halnya satu kali ketika sedang mendengarkan lagu ini di kampus melalui laptop oldschool saya, seorang kawan nimbrung, lalu berkata “Bener tuh Nie, klo surga dan neraka gak pernah ada, elo masih mau sholat? Elo masih mau nutup aurat? Elo masih mau ngakuin Tuhan?”
Waduh… Keder juga saya ditanya seperti itu, pertanyaan dari seorang ‘pakar’ filosof lieur seperti kawan saya itu, apalagi saya sedang dalam keadaan menyantap soto ayam. Mesti kasih jawaban yang cerdas tapi dalem nih, batin saya berkata. Thanks God, waktu itu saya langsung inget jawaban mba’ku sayang (Ria Fariana, novelis kondang itu lhow!) di sebuah milis, yang kebetulan ditanya hal yang sama oleh seorang rekannya, dan kemudian Mba Ria menjawab begini (sama seperti jawaban saya untuk filosof lieur itu): “Surga dan neraka ada aja, masih banyak yang nggak mau tunduk sama Tuhan. Apalagi klo nggak ada!”
Emang sih jawabannya sedikit keluar konteks dari apa yang ditanyakan kawan saya. Tapi untungnya kawan saya tidak melanjutkan diskusi dari jawaban saya. Entah apa jadinya klo dia melanjutkan diskusi itu. Bisa-bisa saya yang jadi lieur. Karena jujur, saya tidak memiliki cukup ilmu hingga akhirnya saya tidak bisa beretorika jauh untuk hal-hal yang bagi saya cukup njelimet. Coz i’m just an ordinary person with an ordinary mind.
Tapi bener deh, pikir kembali, surga dan neraka ada aja masih banyak yang nggak mau tunduk kepadaNya (dan mungkin salah satunya saya!), apalagi klo surga dan neraka nggak ada ya?? Untung saya terlahir di alam yang memiliki surga dan neraka -setidaknya itu yang saya yakini-, bagaimana klo tidak? Apa jadinya saya? Apa jadinya dunia ini???
Lieur kan?? Sama! Saya juga jadi lieur! So, biar saya nggak jadi tambah lieur, sampai disini saja tulisan ini saya buat. ;)
“Jika surga dan neraka tak pernah ada… Masihkah kau tunduk kepadanya?”
Pejaten, Juni 2005
“Just an ordinary mind from an ordinary person with an ordinary life”
1 comment:
Very nice site! Mcse study matiral in pdf format bdsm movie Rosario castellano valium renault master Botulinum toxin type a per unit http://www.childrens-toys-2.info http://www.lasikmdincalgary.info oak audio cabinets Nceingwhat is video conferencing Camping trailer faucets Free swimwear catalog anal fuck Articles fly fishing fernie british columbia brake discs peugeot The advantage of video conferencing Over counter weight loss pill Culinary art schools orlando Hosting picture
Post a Comment