Monday, June 13, 2005

Waras dengan menjadi gila

“Dek, tau klo kenapa Alloh marah dengan kami rakyat Aceh? Karena banyak orang-orang Aceh yang gila, tidak sembahyang dan berzina. Padahal Aceh serambi Makkah. Memang orang-orang Aceh gila”

Kurang lebih itulah kalimat yang dilontarkan oleh seorang lelaki tua dengan logat Sumatera yang kental kepada saya di busway tujuan Blok-M. Kalimat yang terucap langsung dari hati bapak tersebut. Kalimat yang ternyata berasal dari seorang bapak yang mengalami gangguan jiwa, setelah keluarganya habis di terjang tsunami, dan dia dapat selamat setelah berlindung di sebuah pohon kelapa. Setidaknya itulah informasi yang diberikan oleh saudara si bapak yang duduk tepat di sebelah saya.

Membuat saya kembali berpikir, bahkan bapak yang –maaf- gila sekalipun tau bahwa banyak rakyat Aceh yang sudah gila. Gila karena melupakan Alloh, melupakan syari’at yang di tetapkan Alloh. Ternyata syari’at Islam yang ditetapkan di Aceh lebih sekedar lipstik pemanis untuk ‘menenangkan’ sebagian rakyat Aceh yang menginginkan tegaknya hukum Alloh di bumi serambi Mekah tersebut.

Lalu timbul pertanyaan di cerebrum saya, Apakah Alloh harus menjadikan kita semua gila dulu, lalu akhirnya sadar betapa syari’at Alloh memang mesti tegak di bumi ini? Hmmm… Terkadang orang gila lebih waras dari orang waras sekalipun ya? Klo begitu, mungkin saya akan lebih memilih untuk menjadi gila. Jadi, mari bersama-sama menjadi gila. Hidup gila!!! ;)


-Dibuat tanpa bermaksud mengajak kita semua menjadi gila, tapi jika ada yang berpikir untuk menjadi gila, mungkin itu pilihan yang paling tepat- Hehehehe…

Also can view this writing @ Open Mind minimagz

1 comment:

Anonymous said...

What a great site
»